Wednesday 24 February 2016

Sate Khas Senayan



SATE KHAS SENAYAN

Siapa yang tidak kenal sate? Sate merupakan makanan yang banyak ditemui diberbagai penjuru jalanan di Indonesia. Salah satu sate yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia dan yang sudah melegenda adalah “Sate Khas Senayan”.

Berdiri sejak tahun 1974, Sate Khas Senayan selalu berkomitmen untuk memajukan cita rasa hidangan tradisional Indonesia beserta pelestarian budayanya. Sambil mengumpulkan resep tradisional, ia menyegarkan resep tersebut sesuai dengan selera diera masa kini. Ia terus mempelajari ilmu teknologi memasak dan seni pelayanan. Selalu berusaha untuk memberikan inovasi original, dalam menyajikan masakan Indonesia asli disuasana modern Indonesia. Dari pemikiran sederhana dalam menghargai dan menikmati hidangan tradisional dan makanan jalanan di bawah satu atap, Sate Khas Senayan telah mengembangkan reputasi yang solid untuk melayani masakan bersahaja otentik selama lebih dari 36 tahun di mana pengunjung restoran dapat menikmati kenyamanan yang unik, “first class” melayani dengan hangat dan penuh perhatian



 The First store in Pakubuwono

Jalan Pakubuwono menjadi awal dari sebuah perjalanan restoran tradisional Indonesia. Adalah Budi Purnomo Hadisurjo si penggagas resto ini. Konsepnya membawa makanan tradisional yang banyak ditemui di pinggir jalan masuk ke dalam satu atap. Dan pedagang sate adalah yang banyak ditemui di jalanan, kala itu.

Ide menyatukan semua jenis sate pun terwujud dalam Satay House Senayan. Di sini, sate ayam, kambing, dan sapi bersatu. ”Khasnya memang sate, Rumah Sate. Tapi sejak awal yang ditawarkan enggak hanya sate. Makanan tradisional lain juga ada,” kata Vincentius Krisnata Rivaliandy, dari bagian operasi dan marketing rumah makan ini.

Meski sudah melekat dengan nama Satay House Senayan, pemilik kemudian merasa harus mengubah nama resto itu menjadi lebih Indonesia, Sate Khas Senayan (SKS), pada 1982. Bersamaan dengan pergantian nama tadi, resto yang mulai kewalahan menerima pengunjung ini harus menambah tiga gerai di kawasan berbeda, yaitu Kebon Sirih (seberang Gedung DPRD DKI), Menteng (Jalan HOS Cokroaminoto), dan Tanah Abang (Jalan Tanah Abang II, Cideng).

Sate ayam, kambing, dan sapi yang tersedia di sini punya cita rasa berbeda dari semua sate yang ada. Selain daging sate yang empuk dan sudah berbumbu sehingga bisa dimakan begitu saja, bumbu kacangnya juga unik. Bumbu kacang untuk sate ini begitu kental dan lembut. Bumbu kacang ini pun bisa dicocol untuk teman makan krupuk atau dimakan begitu saja.

Selain tiga jenis sate tadi, SKS juga punya sate sampler, yaitu sate campuran ayam, kambing, sapi, dan kulit ayam. Untuk jenis sate tersebut harga per porsi bervariasi mulai Rp 30.000 hingga Rp 34.000.

Menu unggulan lain, selain sate, yang sudah 34 tahun lalu tersedia, antara lain adalah tahu telur, lontong cap go meh, nasi langgi, gule tongseng, sop buntut, dan gurame goreng. Semangkuk besar tahu telur, Rp 16.000, berisi tahu bercampur telur yang ditutup sayuran seperti taoge dan kol kemudian bertaburan kacang goreng serta kacang goreng tumbuk. Belum selesai karena semua itu kemudian diguyur dengan kuah hitam pekat. Rasanya manis bercampur gurih.

Penyuka kambing juga bisa mencoba tongseng. Kuah tongseng yang kental, bercampur daging kambing empuk, jadi santapan yang menambah selera. Selain itu SKS sedang mengadakan pengenalan menu baru, nasi pepes dan nasi bebek. Keduanya seharga Rp 34.000. Untuk nasi bebek isinya sepiring besar nasi beserta urap, bebek dengan kremesan lengkuas yang bagaikan abon, peyek dengan sambal bawang. Tidak bisa dipungkiri sambal bawang yang menyengat membantu semua rasa di piring tadi.

Buat yang tak doyan bebek, pilih saja nasi pepes. Ayam kremes, tahu dan tempe goreng plus sambal sambal tempe. Yang unik adalah nasinya dipepes bersama ikan teri, potongan ikan asin gabus, cabai, serta bumbu-bumbu. Rasanya? Bayangkan ikan pepes, tetapi ini nasi beserta cuilan ikan. Satu bungkus nasi bisa jadi tak cukup.

Untuk minuman, coba saja es teh manis SKS. Ini jenis teh beraroma jasmine, cukup kental, yang membuat Anda kembali ke masa lalu. “Teh ini memang teh yang sejak pertama kali resto ini buka sudah kami hidangkan,” jelas Vincent. Jus durian juga tak pernah absen di sini. ”Kami usahakan selalu ada persediaan buah musiman seperti mangga dan durian. Untuk durian, kami pakai Monthong,” tambahnya.

Es cendol duren dan es merah delima bisa dicoba. Lelehan duren di atas cendol atau merah delima yang menggoda karena warnanya, silakan pilih. Yang pasti keduanya bisa jadi minuman penutup yang pas.
Sate Khas Senayan (SKS) kini sudah memiliki 18 cabang di antero Jakarta dan Tangerang. Konsepnya tak semua full dining. Kebanyakan express dining dan kemudian berkembang pula yang full express karena letaknya di mal. ”Untuk full dining, Pakubuwono masih yang terbesar, bisa menampung 400-an pengunjung,” ucap Vincentius Krisnata Rivaliandy, dari bagian operasi dan marketing.

















 


No comments:

Post a Comment